Riwayat Pulau Tidung tahun 1800 an pulau tidung sudah ditempati oleh masyarakat walau banyaknya pada periode itu masih tetap sedikit. Pulau tidung terbagi dalam 2 pulau kecil yakni: Pulau Tidung Besar dan Pulau Tidung Kecil, kabarnya referensi oleh asal pati cerita seandainya Pulau yang pertama ditempati masyarakat adalah Pulau Tidung Kecil, dengan bertambahnya tahun untuk tahun masyarakat semakin dan baru pindah ke Pulau Tidung Besar Warga Pulau Tidung Datang dari berbagai macam suku salah satunya suku Bugis, Mandar, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Sumatera, Sumbawa dan Banten bahkan juga ada dari Batavia.
Peristiwa gunung krakatau meledak banyak yang imigran kesini khususnya pedagang kabarnya referensi oleh cerita saat sebelum indonesia merdeka Pulau Tidung dipegang dengan seorang (Bek) yang dijumpai sebagai lurah, periode lurah yang pertama pimpin Pulau Tidung adalah Bapak Amundari. Zaman dahulu Pulau Tidung masuk ke daerah Kecamatan Seribu Utara.
Mata Penelusuran Riwayat Pulau Tidung Yang Harus Dan Pantas Kita Kenali
Pada Riwayat Pulau Tidung nelayan bubu besar dan kecil, nelayan pancing bahkan juga ada nelayan jala oleh-oleh dari penjajahan jepang, karena itu pada waktu itu diberi nama jala jepang oleh warga Pulau Tidung dan barisan nelayannya diberi nama kongsi atau muro ami, nach dari result usaha itu beberapa orangtua dulu dapat membagi pengajaran yang sederajat sampai keluar Pulau Tidung, dan dari result itu juga beberapa angkatan mudanya sudah banyak yang bekerja sebagai karyawan negeri sipil (PNS) dan sudah banyak pula yang memiliki gelar sarjana Pada Tahun 1967 Kecamatan Pulau Seribu jadi kecamatan Kepulauan Seribu dan pada tahun 2002 Kecamatan Kepulauan Seribu jadi Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu yang memiliki 2 daerah Kecamatan, Yakni Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan dan Kecamatan Kepulauan Seribu Utara.
memiliki 6 Kelurahan yakni Kelurahan Pulau Tidung, Kelurahan Pulau Pari, Kelurahan Pulau Untung Jawa, Kelurahan Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Keinginan, dan Kelurahan Pulau Kelapa. Luas daerah Pulau Tidung Besar 54Ha dan Pulau Tidung Kecil 18Ha, Pulau Tidung Besar terbagi dalam 4RW dan 29RT terbagi dalam 1142 kk dan 4354 jiwa Di tahun 2009 Pulau Tidung mulai didatangi beberapa pelancong yang dari Jakarta, Bogor, Bandung, tanggerang dan sekelilingnyaPenghasilan masyarakat di tempat semakin bertambah hal jumlahnya pelancong yang tiba ke sini.
Support Pemerinta Dan Riwayat Pulau Tidung
Hal ini berikut support pemerintahan di tempat yang ditunjukkan dengan diwujudkannya jembatan penyebrangan dari Pulau Tidung Besar ke Pulau Tidung kecil dan Jembatan itu dijumpai dilapisan rekreasi sebagai Jembatan Cinta pusara sakral yang konon datang dari suku Tidung Kabupaten Malinau-Kalimantan Timur dibangun tahun 2011, referensi oleh cerita beliau adalah seorang Raja diwilayah suku Tidung yang Pindah ke Pulau Tidung Besar
Disemayamkan pada tempat terasing dan jau dari permukiman warga Raja Pandita sekarang rangka jenajahnya sudah dipindah ketempat yang lebih pantas saat ini, begitu riwayat singkat kehadiran Pulau Tidung Riwayat pulau Tidung yang memikat kenyataannya sangat terkait kuat dengan riwayat perjuangan bangsa Indonesia hadapi penjajahan Belanda. Kolonia Belanda benar-benar geram dengan Raja Suku Tidung pasalnya mereka tidak ingin bekerja dengan belanda, nama pulau tidung diberi sama dengan bernama Raja itu. Riwayat ini sangat melekat dalam sanubari masyarakat pulau Tidung dan jadi satu kebanggaan pasal nama pulau yang mereka menempati datang dari nama seorang pahlawan bangsa yang bernama jadi satu kejadian yang wangi untuk bangsa Indonesia. Kerajaan di zaman Malinau, Kalimantan Timur berikut sebagai dasar mengenai Riwayat Pulau Tidung. Tahun 1076-1156 populer dengan Suku Tidung di Malinau selanjutnya dikatakan sebagai Kerajaan Tidung Kuno sedang Kerajaan Tidung Kuno di tahun 1557 pertama kalinya belanda bertandang ke Malinau. Dan pada saat lagi itu pemerintahan penjajahan Belanda mendapatkan perlawanan berat khususnya dari kerajaan Suku Tidung. Karena makin tertekan pada akhirnya Raja Tidung yang namanya Raja Pandhita juga tetangkap oleh pasukan belanda dan pelan-pelan mereka kuasai tempat Malinau dan mengepung kerajaan Tidung. Dan ia dikucilkan ke pulau terasing di tempat utara kota Jepara.
baca : Kulineran Tradisionil di Pulau Tidung kepulauan seribu Jakarta
Tidak lama berlalu Raja Pandhita larikan diri kesebuah Pulau kecil di kepulauan seribu karena itu ia disebutkan Raja Tidung. Waktu itu, pulau kecil ini belum namanya. Pada zaman Riwayat Pulau Tidung Warga asli pulau kecil ini panggil Raja Tidung bersama panggilan “Kaca”. Dan hal yang terlalu menarik, “Kaca” terlalu disegani oleh masyarakat pulau kecil ini karena berbahagia memberikan dukungan dan share ilmunya ke warga. Masyarakat pulau ini tidak paham terkecuali “Kaca” ialah seorang Raja terkenal di suku Tidung. Sampai beliau wafat dan disemayamkan di pulau Tidung ini. “Kaca” ialah seorang Raja terkenal datang dari Malinau pada akhirnya di kenali. karena ingin junjung dan berterima kasih atas jasa beliau, karena itu pulau kecil ini diberi nama sebagai pulau Tidung. Pulau yang terlalu junjung seorang raja datang dari suku Tidung, Malinau, Kalimantan Timur. Sampai saat lagi ini, pusara raja Tidung selalu terlindungi kebersihannya di tengah-tengah pulau Tidung. Warga terlalu senang karena pulaunya jadi sisi sejarah kerajaan besar yakni kerajaan Tidung. Pusara seorng Raja yang mengharumkan nama Indonesia dan melawan bangsa belanda ada di Pulau Tidung, jikalah ingin menyaksikannya ayooo turut Paket Rekreasi Pulau Tidung, pada agenda yang kita urus anda berpeluang berjarah kemakam itu.
Riwayat pulau Tidung kabarnya narasi orang yang pertama kalinya meginjakan diri di Pulau Tidung ialah Panglima Hitam yang dari cirebon banten jawa barat dan dikenali sebagi wa’tarup baca juga pulau bidadari jakarta
Saat dari perang pada akhirnya Panglima Hitam larikan diri peperangan Kerajaan Syarif Hidayatullah menantang belanda. Saat itu Wa’ Turup dan beberapa prajurit yang lain larikan diri Kepulau Tidung untuk mencari bantuan datang dari gempuran tentara Belanda. Sampai pada akhirannya Panglima dan beberapa teman dekatnya tentukan Pulau Tidung ini di jandikan sebagai tempat tinggal sampai akhir khayatnya.
Ditemukannya pusara orang pertama kali yang menempati Pulau Tidung ditemukan di tanggal 31 Desember 2006 peninggalnya juga sekarang masih diletakkan rapi seperti Keris (Pedang), guci , kendi diketemukanya makam itu juga datang dari sugeng orang Pulau Tidung yang mimpih bertemu Panglima Hitam.
Seperti warisan belanda yang ada di Pulau Kahyangan, Pulau Ondrus, dan Pulau Bidadari walau smpat porak poranda dikarnakan letusan krakatau, Pulau Tidungpun sekarang mempunyai Object Rekreasi baru yakni pusara pahlawan.