6 Tradisi Adat Jawa untuk Menyambut Bayi yang Baru Lahir. Beberapa di Antaranya Sudah Tidak Terkenal Lagi

Sumber : aqiqah malang

Salah satu upacaranya dilaksanakan untuk memotong rambut bayi

Kelahiran anak manusia baru ke dunia tentunya bawa kebahagiaan tertentu untuk orangtua dan keluarganya. Hal tersebut diberlakukan untuk orang Jawa. Bahkan juga, orang Jawa punyai adat sendiri untuk menyambut kelahiran kehidupan baru. Semua punya tahapan masing-masing dengan filosofi dan doa bagus untuk bayi atau orang tuanya.

 

Dari bayi lahir ke dunia sampai usia bayi ‘selapan‘ yang ini berarti 35 hari, orangtua dan bayi umumnya melangsungkan ritual khusus sama sesuai adat Jawa. Apa sih ritualnya? Yok orangtua baru yang aslinya dari Suku Jawa sama-sama baca agar paham.

 

1. Sesudah bayi lahir, ayah bayi harus menguburkan ari-ari bayinya. Tidak asal-asalan, mengubur ari-ari ada ketentuannya

Bayi lahir bersama dengan ari-arinya yang ikut keluar. Menurut orang Jawa, ari-ari seperti saudara bayi yang temani bayi sepanjang dalam kandungan. Lagipula, bayi kan saat di perut ibu mendapatkan gizi lewat ari-ari itu. Karena itu ari-ari tidak bisa dibuang asal-asalan tetapi dipendam. Bahkan juga buat memendamnya, ada ritus khusus dan terletak juga telah ada aturannya.

 

2. Selanjutnya, tetangga dan saudara akan tiba untuk bertandang ke acara Brokohan. Ini bermakna supaya bayi dikasih karunia dan keselamatan

Selanjutnya, tetangga dan saudara akan tiba bawa hadiah untuk bayinya pada acara Brokohan. Kata Brokohan sendiri diambil dari kata ‘Barokah’ yang maknanya ‘Berkah’. Acara ini memohonkan karunia atas keselamatan dan kelahiran bayi.

 

3. Saat bayi usianya lima hari, orangtua melangsungkan acara Sepasaran. Umumnya acara dibarengi makan-makan dan pengumuman nama bayi tersebut

Sepasaran umumnya dirayakan dengan kenduri. Acara sepasaran dikerjakan sesudah bayi berumur lima hari. Pihak orangtua mempersiapkan acara syukuran dan jamuan makan bersama alias selamatan. Umumnya nama bayi diumumkan pada acara ini. Semua sekalian doakan bayi yang sudah dilahirkan.

 

4. Percampuran budaya Jawa dengan agama Islam hasilkan ritual Aqiqah. Setelah tujuh hari, kambing disembelih. Banyaknya sama sesuai jenis kelamin bayinya

 

 

 

Jumlah kambing yang disembelih sama sesuai jenis kelamin bayinya. Sesudah umur bayi tujuh hari, orangtua umumnya mengadakan acara Aqiqah. Acara ini sebetulnya sich percampuran tradisi Jawa dengan agama Islam dan dilaksanakan dengan menyembelih kambing. Kalau anaknya wanita, kambing yang disembelih cuman seekor dan anak lelaki sih yang disembelih ada dua ekor.

 

5. Sesudah bayi berumur 35 hari, acara Selapanan juga dikerjakan. Yang sudah dilakukan satu diantaranya adalah memotong rambut dan kuku bayi

Bayi dipotong rambutnya. Tiga puluh lima hari sesudah bayi lahir, selapanan dilakukan dengan mengadakan bancakan. Bancakan ialah sebuah adat menikmati jamuan makan bersama. Lalu, rambut di kepala bayi dicukur sampai habis dan kukunya dipotong. Untuk cukur rambut, sekarang ini umumnya sich melakukan secara simbolis saja. Proses menggundulinya dilaksanakan terpisah.

 

6. Jika tali pusar bayi telah terlepas, ada acara bernama Puputan. Tetapi saat ini umumnya Puputan dikerjakan bersama dengan Sepasaran atau Selapanan

Tali pusar umumnya didiamkan terlepas. Ketika telah terlepas, acara puputan dapat dikerjakan. Bayi yang tali pusarnya telah terlepas akan jalani acara Puputan. Umumnya acara ini dilaksanakan dengan pengadaan sesaji. Tetapi untuk kepraktisan, acara puputan umumnya digabungkan dengan acara Sepasaran atau Selapanan, sesuaikan waktu tali pusarnya terlepas.

 

Saat ini sih tidak banyak yang lakukan semua adat itu selengkapnya. Umumnya cuman lakukan adat memendam ari-ari, Aqiqah, dan Selapanan. Yang jelas semua punya filosofi unik yang intinya adalah doakan supaya bayi tumbuh sehat dan baik.